Oh jadi begitu buya??

Jumat, 10 Jumadil Ats Tsani 1436 H, angin siang berhembus bersama teriknya matahari membawa suasana kantuk yang tak tereelakkan. Di serambi sebuah masjid, seorang anak sedang tertunduk malas, menunggu khutbah jumat bersama sang ayah disampingnya. Sebut saja Zayn.

“Buyaa… Zayn ngantuk!!” ucapnya polos dengan nada manja.

“Mau buya ceritakan sesuatu?”bujuk sang ayah

“Mas, lihat deh bangunan yang belum jadi di sebelah sana espanolfarmacia.net!” lanjutnya sambil menunjuk bangunan di seberang masjid.

           Zayn masih tertunduk, belum tertarik dengan kisah sang ayah. Namun matanya melirik kearah yang ditunjuk ayahnya.

“maksud buya itu!” tunjuk Zayn. ”emang kenapa sama bangunan itu?” tukasnya.

Sang ayah mulai bercerita. Dahulu, sang ayah memiliki seorang teman yang bekerja sebagai kontraktor di sebuah perusahaan pembangunan. Suatu saat, dia bosan dengan aktivitas dan pekerjaannya, serta berencana untuk mengundurkan diri. Kemudian dia mengutarakan niatnya pada sang bos. Segala alasan dia ucapkan agar bisa berhenti dari pekerjaannya. Awalnya, sang bos berat mengabulkan permintaan anak buahnya itu, mengingat dia adalah karyawan terbaik yang dimiliki sang bos.

“terus buya??” respon Zayn mulai tertarik.

Sang ayah meneruskan ceritanya. Akhirnya, sang bos mengizinkan anak buahnya itu untuk resign dengan satu syarat, yaitu menyelesaikan satu proyek khusus dalam waktu satu bulan. Demi keinginannya, sang kontraktor menerima syarat itu dan mulai mengerjakan pembangunan sebuah rumah dengan berat hati. Hari-hari sang kontraktor dibayangi dengan deadline yang menyebalkan.

Sehari, dua hari, seminggu.. hingga akhirnya dua minggu telah berlalu. Sang Kontraktor berhasil menyelesaikan proyek pembangunan tersebut jauh sebelum deadline, seolah takut kehabisan waktu. Namun, sungguh disayangkan.. dia mengerjakan proyek rumah itu asal-asalan tanpa didasari niat bekerja dengan baik. Dan hasilnya, sama… sama dengan niatnya yang hanya mementingkan dirinya, tanpa memperhatikan client, sekaligus mengabaikan kode etik profesi. Jauh dari kata sempurna.

“coba tebak mas, ending ceritanya gimana?” tanya sang ayah

“pasti dimarahin sama pak bos, iya kan buya??”jawab Zayn antusias.

“hmm… bukan gitu Zayn, endingnya.. temen buya tadi ngasih kunci rumah itu ke bosnya”

“lha iya buya, dimarahin kan?” sela Zayn dengan airmuka serius

“Zayn ah, dengerin dulu lanjutannya.. “

“Buya nggak asyik deh, langsung aja!!”

Zayn yang tidak sabar mengetahui kelanjutan kisah sang ayah, merebahkan dirinya di lantai. Sang Ayah yang gemas dengan perilaku Zayn mengangkatnya, lalu menaruh Zayn dalam pangkuannya. Kemudian dia melanjutkan kisahnya.

Setelah memberikan kunci itu kepada sang bos tanpa berkata apapun, Kontraktor itu pamit mengundurkan diri. Sang Bos menahannya, dan mengembalikan kunci rumah tersebut dan berkata ”Tidak perlu dikembalikan, kunci ini menjadi hak kamu, selamat ya..”

Hati sang kontraktorpun tersentuh, entah apa yang harus dia rasakan. Antara bersedih, bahagia, ataupun menyesal. Sebagian manusia memang terlalu mementingkan dirinya sendiri.Proyek yang dia kerjakan tanpa dilandasi niat tulus dan kesungguhan dalam bekerja,akhirnya membuahkan hasil yang tak sempurna.

“lalu.. maksud buya cerita gitu ke Zayn apa?”pertanyaan polos Zayn membuat sang ayah semakin gemas

“Gini Zayn, kalo Zayn sholat saja masih ngantuk dan males kayak gini ntar dapet apa”

“Dapat surga dong buya..

“Nggak segampang itu nak, coba inget nggak, temen ayah tadi gimana?”

“nggak ikhlas, terus asal-asalan akhirnya dapet rumah jelek deh”serunya

“Nah.. sama kayak Zayn, kalo Zayn nggak sungguh-sungguh, terus nggak niat, ntar Zayn juga nggak bakal dapet rumah bagus di Surga..”

“Oh jadi begitu buya??”

Deg… hening sejenak…

Allahu akbar.. Allahu akbar…..

Kumandang azan menyeruak ke seluruh penjuru Masjid. Zayn dan Ayahnya meninggalkan serambi dan memasuki masjid untuk mengambil posisi di shaf terdepan. Zayn telah mendapat pelajaran penting dari kisah sang ayah.

إِنَّ اللهَ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ (رواه الطبراني)

“Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang apabila ia bekerja, ia menyempurnakan pekerjaannya. (HR. Tabrani)”