Harum Bunga | di Tengah Tanah Yang Gersang

K.H. Hasyim Ilyas adalah seorang mursyid Thoriqoh Qodiriyah Wa an-Naqsabandiyah di Pulau Bawean, yang menghiasi kehidupan keluarganya dengan sendi-sendi agama Islam sejak dini. Sebagai leader daerah kepulauan, masyarakat Bawean menjadikan beliau sebagai panutan dan teladan dalam menjalankan kehidupan beragama. Kegiatan-kegiatan keagamaan dan pendidikan agama dilakukan di rumah beliau yang juga berfungsi sebagai student centre.

Tidak jarang pula K.H. Hasyim Ilyas mengajak putra putrinya untuk berdakwah dan mensyiarkan agama Islam di seluruh penjuru pulau Bawean. Pengalaman-pengalaman berdakwah, mengajar dan mensyiarkan agama Islam ini terpatri dalam diri salah satu putri beliau yakni Nyai Djunaizah Faizah.

Selepas menempuh pendidikan pondok yang menjadi tradisi keluarga, hasrat untuk berkiprah dalam dunia pendidikan dan agama terus menggebu dalam sanubari Nyai Djunaizah Faizah. Sehingga mulailah beliau mengukir harapan dan cita-cita dengan mendirikan lembaga pendidikan di daerah Janti Waru Sidoarjo dengan nama Pondok Pesantren Banu Hasyim. Nama tersebut mengisyaratkan kita pada nama ayahanda, K.H Hasyim Ilyas yang telah menempa beliau dengan warna-warni bersyiar dan berjuang sepanjang masa. Lembaga pendidikan yang berdiri di daerah  Sidoarjo tersebut meliputi pendidikan TK, MI, MTs, MA dan Pondok Pesantren.

Fenomena kehidupan masyarakat yang semakin jauh dari agama dan menerapkan pemahaman agama dalam kehidupan keseharian, mengetuk hati Nyai Djunaizah Faizah untuk kembali menghidupkan syiar-syiar agama di kawasan Gresik bagian Selatan yang dikenal dengan daerah “gersang”. Sebutan tersebut merupakan realita masyarakat Cerme yang hanya mengenal Islam secara global. Islam bagi sebagian masyarakat merupakan identitas yang melekat sejak mereka dilahirkan. Tradisi-tradisi Islam tumbuh dan berkembang mendarah daging dalam sendi-sendi kehidupan ala kadarnya. Namun demikian ruh-ruh Islam jauh dari jiwa-jiwa mereka. Sehingga lahirlah Pondok Pesantren Bani Hasyim pada tanggal 10 juli tahun 1995.

Menurut Neng Anis, Ponpes Bani Hasyim dengan huruf ”i” pada kata Bani ini diawali dengan pengajian TPQ yang bertempat di Musholla di tengah desa Lenkong. Dengan berjalannya waktu, Ibu Nyai Faizah mulai mengembangkan Lembaga pendidikan dengan mendirikan TK di atas sebidang tanah seluas 800 m2 di tepi Desa. Lahan tepian Desa tersebut adalah lahan yang tidak produktif. Kebanyakan Masyarakat hanya memanfaatkannya sebagai tadah hujan. Oleh sebab itu mereka lebih tertarik menjualnya kepada Ibu Nyai Faizah, sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan Lembaga Pendidikan.

Akhirnya Ibu Nyai Faizah pun memanfaatkan lahan tidak produktif seluas 10 Ha tersebut untuk membangun MI, MTs, SMA dan Pondok Pesantren (Putra dan Putri). Sehingga Pesantren mampu mengembangan diri demi kepentingan yang bermanfaat untuk masyarakat sekitar. Namun demikian, kendala-kendala teknis seperti kurangnya sumber air di Desa tersebut, mengharuskan Ibu Nyai Faizah untuk membuat tadah hujan dari beberapa bidang tanah tak produktif tersebut

Proses pendirian PP Bani hasyim di desa Lengkong tidak lepas dari cobaan-cobaan Allah SWT. Beberapa masyarakat kurang begitu mendukung ada lembaga pendidikan baru, dikarenakan di Desa tersebut telah terdapat MI Swasta yang pengurusnya mayoritas anggota Muhammadiyah. Namun, berkat pendekatan yang baik dari Ibu Nyai Djunaizah Faizah terhadap masyarakat sekitar https://svensktapotek.net. Sehingga kendala tersebut dapat teratasi dengan baik. Masyarakat pun mulai mendukung dan banyak yang mempercayakan putra-putri mereka untuk ’nyantri” di PonPes ini. Bahkan banyak juga santri yang datang dari luar daerah, diantaranya daerah Mojokerto, Sidoarjo dan Surabaya.

Dengan Visi Berjasa, berkembang dan Mandiri, Pesantren Bani Hasyim mempunyai kegiatan, antara lain; TPQ dengan methode Qira’aty, Madrasah Diniyah, Hadrah dan Kaligrafi, Training of speech (Latihan berbicara bahasa inggris, Pelatihan Kepemimpinan Santri dan Olah Raga. Hal ini juga sejalan dengan tujuan Pesantren bani Hasyim, yakni :

  1. Menumbuhkan semangat segenap santri untuk berjasa di mana saja dan kapan saja
  2. Memacu dan mendorong segenap santri untuk senantiasa belajar, agar dapat terus berkembang dan mengembangkan diri
  3. Berusaha untuk belajar, mengajar dan mengaktualisasikan diri secara mandiri dan tidak bergantung pada orang lain

Tujuan-tujuan mulia tersebut, ternyata menarik perhatian para ustadz dan ustadzah dari berbagai pondok pesantren, diantaranya dari Ponpes Lirboyo, Langitan, Mambaus Sholihin, al-Amin Madura, MHI Jember, al-Islah, bahkan cetakan dari PonPes Banu Hasyim sendiri. Bersama-sama dengan sabar dan gigih membina dan mendampingi ratusan santri dalam mempelajari ‘ilmu Allah’.