Home is Where Our Story Begins

Malam hari di tanggal 16 Jumadil Ats Tsani 1436 H, ketika mega merah di langit sedikit demi sedikit meghitam. Burung-burung berangsur kembali ke sarang mereka. Bulan datang menggantikan matahari merajai kegelapan.

Hawa dingin mulai menerpa bumi. Di sebuah ruang keluarga, seorang bapak muda sedang duduk santai sambil menyelami bacaan Al Quran dengan gadgetnya. Tiba-tiba, seorang gadis datang menghampirinya. Dia menangis tersedu-sedu, matanya merah dengan air muka masam.

“Bi….” rajuknya masih sesenggukan

Bapak muda yang dipanggil Abi itu masih tenggelam dengan bacaanya.

“Abii….!!” ulangnya lagi, kali ini suaranya naik beberapa oktaf.

Refleks, bapak muda itu menoleh, dengan raut wajah tidak enak. Diperhatikannya wajah Gadis itu yang semakin sesenggukan. Beberapa menit kemudian bapak muda itu mengakhiri bacaannya.

“Abi..” panggilnya sekali lagi. “ Raya capek bi, berdoa terus sama Allah” keluhnya. “Raya udah berusaha, Raya juga udah berdoa. Tapi, kenapa Allah nggak mengabulkan permintaan Raya bi? Allah itu sayang nggak sih sama Raya bi?” celotehnya tanpa memberi kesempatan sang Abi berbicara.

Bapak muda itu menatap lembut sang anak, seakan memahami masalah anaknya.

“Hush! Nggak boleh begitu nak!” ucap Abi sambil membelai kepala anaknya.

“Abi juga pernah merasa seperti itu, tapi dulu” tukas Abi.

Dahulu, Abi pernah merasa mbah kamu nggak sayang sama Abi, gara-gara Abi minta sesuatu nggak langsung diberi. Waktu itu Abi minta sepatu bola. Tapi Abi berubah pikiran, saat melihat Mbah nangis waktu berdoa, dan Mbah masih menyebut nama Abi dalam doanya.

“Maksud Abi?” ujar Raya menyela.

“Kalau Mbah nggak sayang sama Abi, mana mungkin Abi udah sebesar ini” jawab Abi sambil tersenyum. Merekapun tertawa kecil.

“Abi serius Raya!” kata Abi

“Jadi bi?” tanya Raya

“Nanya mulu ah, giliran Abi dong yang nanya. Menurut Raya, Abi sayang nggak sama Raya?”

“ya sayang lah bi, buktinya Raya udah sebesar ini, hehe” jawab Raya.

“Pinter anak Abi… terus Allah sayang nggak sama Raya?”

“Nggak, buktinya Allah nggak mengabulkan doa Raya”

“loh, kok begitu. Inget tadi, Abi diturutin nggak sama Mbah?”

“Nggak”

“terus Mbah sayang nggak sama Abi?

“sayang” jawab Raya polos.

“jadi nak?”

Raya pun tersenyum, Abi dibuat gemas dengan jawabannya. Mereka semakin larut dakam keakraban.

“Kalau seandainya Allah nggak sayang sama Raya, mana mungkin Raya masih disini, iya kan?” ucap Abi disambut perubahan wajah Raya yang meringis.

“apaan sih bi, dari tadi bercanda terus”

“maksud Abi, nggak mungkin Raya masih bisa bernafas, masih bisa makan enak, masih punya mata buat melihat, bahkan masih punya hati buat merasakan.. Makanya, bersyukurlah dengan karunia Allah yang ada di depan Raya, daripada kamu menghayal sesuatu yang nggak ada”

Abi mengambil nafas perlahan, kemudian bertanya tentang permintaan Raya yang tak terkabul.

Raya pun mengutarakan perihal kejadian yang membuatnya badmood. Dia mulai bercerita bahwa tadi pagi di sekolanya, ada lomba story telling dalam bahasa Inggris. Raya sudah menyiapkan materi beserta alat peraganya. Bahkan latihan berhari-hari, siang dan malam untuk lomba itu, Raya juga sudah berdoa sama Allah agar dapat menang dan memperoleh hadiah. Intinya Raya sudah berusaha maksimal, tetapi nama Raya tidak disebut ketika pengumuman lomba.

“Nak, itu namanya kamu kurang ikhlas, yang namanya orang ikut lomba itu, mencari pengalaman. Masalah menang dan kalah itu tergantung takdir Allah, mendapat hadiah itu artinya bonus atas usaha kamu” ujar Abi menasihati.

“Raya sudah berdoa kan siang dan malam?” tanya Abi memastikan.

“sudahlah bi”

“Kalau berdoa itu jangan pernah minta kemenangan, mintalah kekuatan ketika kamu dihampiri kekalahan”

“kok bisa begitu bi?”

“iya dong, Raya udah usaha tapi karena tidak ikhlas dan ingin mendapat hadiah kan? gimana Allah mau ikhlas memberi hadiah ke Raya? Raya aja pamrih” jelas Abi. Raya tertunduk dan tersipu.

Abi memperhatikan gesture Raya yang sedikit berubah, tertunduk dalam diam, dan dia mulai mencairkan suasana.

“Nak, kamu tahu Regina Indonesian Idol?”

“iya tau lah bi..”

“siapa sih?”

“Regina itu kan bi, pemenang Indonesian Idol ketujuh”

“Itu kamu tahu. Regina itu ikut audisi Indonesian Idol dari season pertama sampai season ketujuh, kata menyerah tidak ada dalam kamus Regina, meskipun dia baru lolos audisi di season terakhir. Tapi akhirnya dia keluar jadi pemenang. Ambil hikmahnya…”

“huh….” desis Raya mengambil nafas panjang.

“Pemenang itu bukan orang yang puas karena mendapatkan hadiah, pemenang itu dia yang bisa bangkit ketika gagal, dan mereka yang lapang dada dengan kekalahan” seru Abi mengambil kesimpulan.

“sebanyak apapun doa kamu, setekun apapun kamu berusaha, kalo masih ada niat lain yang bukan karena Allah, susah Nak Allah mengabulkan apa yang kamu mau” lanjutnya.

Raya tertunduk mendengar perkataan Abi. Dia mulai memahami hubungan cinta, ikhtiar, doa dan keikhlasan. Selama kita masih diberikan nafas untuk hidup, pantaskah mengatakan Allah tak sayang?